Minggu, 19 Juni 2011

Apakah Hewan-Hewan Dapat Tertawa atau Menangis?


Jika kamu mempunyai hewan peliharaan, seperti kucing atau anjing, kamu mungkin menjadi begituu dekat dengan hewan itu sehingga lambat laun kamu hampir mengira hewan itu sebagai 'manusia'. Yaitu, kamu mulai mengira ia dapat mengungkapkan bagaimana perasaannya dalam bentuk emosi-emosi manusia, seperti menangis, atau bahkan tertawa.


Tetapi hal itu sebenarnya tidaklah demikian. Menangis dan tertawa adalah cara-cara yang digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan emosi-emosi dan tidak ada hewan yang dapat melakukan hal ini. Tentu saja kita mengetahui bahwa hewan-hewan dapat merengek ketika terluka, tetapi tangisan melibatkan keluarnya air mata yang mengiringi emosi ini, dan hewan-hewan tidak dapat melakukan hal ini.

Ini tidak berarti bahwa hewan-hewan tidak mempunyai cairan air mata didalam mata mereka. Tetapi cairan itu digunakan untuk membasahi kornea mata. Yang dapat menangis hanyalah makhluk yang dapat berpikir dan memiliki kepekaan emosi. Bahkan anak-anak baru mulai menangis hanya setelah mereka belajar berpikir dan merasakan. Seorang bayi berteriak tetapi tidak menangis.

Tangisan adalah pengganti untuk berbicara. Jika kita tidak dapat mengatakan apa yang kita rasakan, kita menangis. Tangisan adalah refleks yang terjadi di luar diri kira dan hal itu membantu kita untuk 'mengeluarkan' aoa yang kita rasakan.

Tertawa juga adalah gejala manusiawi. Beberapa hewan dapat memberi kesan bahwa mereka sedang tertawa, tetapi hal itu sama sekali tidak seperti tawa manusia. Alasannya adalah bahwa manusia selalu menertawakan sesuatu, dan ini berarti bahwa proses mental atau emosi tertentu terlibat. Hewan-hewan tidak mampu melakukan proses mental atau tidak memiliki emosi.

Misalnya, ketika kita menertawakan suatu olok-olok, atau pemandangan yang 'lucu', pikiran atau emosi kita membuat hal itu tampak menggelikan. Sebenarnya, ada banyak jenis tertawa dan ada banyak alasan mengapa kita tertawa. Kita dapat menertawakan hal yang menggelikan (seorang pria besar dan gemuk yang memakai payung kecil), atau pelawak (misalnya, seorang badut), atau humor (olok-olok) dans eterusnya. Bahkan kita dapat tertawa mencemooh.

Para ahli ilmu jiwa juga berpendapat bahwa tertawa adalah gejala sosial. Kita tertawa ketika kita menjadi bagian dari suatu kelompok yang menemukan sesuatu yang lucu. Tentu saja hewan-hewan tidak dapat memaksakan diri untuk tertawa karena salah satu daru alasan ini.



Sumber: Buku Aku Ingin Tahu, Jilid 1

Amalia Aswin

0 komentar:

Posting Komentar